Sabtu, 30 Januari 2010

Indonesia Akan Dilanda Gempa Hebat

Skematik gempa di Palung Sunda yang dibuat oleh Institut Geologi Nasional AS. (INTERNET)
Skematik gempa di Palung Sunda yang dibuat oleh Institut Geologi Nasional AS. (INTERNET)

Sekelompok ilmuwan pakar gempa bumi yang dipimpin oleh John McCloskey melayangkan surat ke majalah Nature Geoscience Inggris yang di dalamnya memperingatkan bahwa kemungkinan akan terjadi gempa bumi dahsyat di laut lepas Sumatra dan kota Padang, yang akan menimbulkan gelombang tsunami, dengan kekuatan destruktif yang jauh lebih besar daripada gelombang tsunami besar yang terjadi di Asia Selatan pada 2004 lalu.
Sementara para ilmuwan dari Universitas Texas juga memperingatkan patahan lempengan kerak bumi di sekitar Haiti juga sedang membesar, dan negara-negara yang berada di sepanjang garis patahan ini harus mempersiapkan diri dalam menghadapi gempa yang berkekuatan lebih besar lagi.
Menurut BBC, Profesor McCloskey yang berasal dari Universitas Astor Irlandia Utara telah memimpin sekelompok peneliti untuk melakukan riset dan analisa sejak terjadinya tsunami di Samudra Hindia pada 2004 silam. Tim ini pernah memperkirakan secara tepat gempa susulan yang terjadi di Sumatra pada 2005.
Setelah gempa dahsyat Haiti, ia menuding masyarakat internasional yang kurang tanggap akan tindakan pencegahan bencana gempa sebagai suatu "aib". Ia mengatakan, pemerintah seharusnya mengambil tindakan pencegahan sebelum gempa terjadi, dan tak hanya baru memberikan pertolongan setelah bencana terjadi.
Setiap negara pasti akan melakukan persiapan sebelum peperangan terjadi, namun sangat sedikit negara yang memikirkan kaum miskin di negaranya masing-masing saat bencana alam itu terjadi.
Gempa di Atas 8,5 SR di lepas pantai Indonesia
Para peneliti menunjukkan, penyebab ancaman gempa kali ini adalah karena tekanan pada ceruk laut Palung Sunda yang terus menerus meningkat tekanannya selama 200 tahun terakhir ini. Palung Sunda ini posisinya sejajar dengan garis pantai barat pulau Sumatra, yang merupakan salah satu barisan titik gempa terkenal di seluruh dunia.
Dalam surat tersebut ilmuwan tidak segan-segan menunjukkan bahwa lempengan Mentawai Patch kini "telah mendekati ambang batas", dan menyatakan bahwa gempa tidak dapat dihindari lagi. Dan wilayah ini dikenal dengan Kepulauan Mentawai di Indonesia.
Umumnya para ilmuwan gempa tidak dapat memastikan kapan gempa akan terjadi dan seberapa besar kekuatannya, namun kelompok ini mengumumkan, "Di wilayah Mentawai ini kemungkinan akan terjadi gempa dahsyat berkekuatan 8,5 skala Richter, dan akan menimbulkan tsunami besar", yang artinya tsunami besar yang melanda Asia Selatan pada 2004 silam akan terulang kembali, bahkan mungkin akan lebih parah.

Detail Skematik gempa di Palung Sunda. (INTERNET)
Gempa tahun lalu belum surutkan tekanan
Pada Maret 2005, McCloskey pernah memperingatkan bahwa di wilayah gempa Indonesia akan terjadi gempa berkekuatan 8,5 skala Richter, dan akan menimbulkan gelombang tsunami, dan perkiraannya itu pun menjadi kenyataan 2 minggu kemudian. Pada 28 Maret 2005, di Pulau Simeulue, Indonesia, terjadi gempa yang berkekuatan 8,6 skala Richter dengan menimbulkan gelombang tsunami setinggi 3 meter.
Di bagian bawah Pulau Siberut di dekat Sumatera pernah terjadi gempa berkekuatan 8,7 skala Richter pada 1797, yang menyebabkan lempeng patahan bergeser sejauh 10 meter dan menyebabkan gelombang tsunami yang sempat menenggelamkan Padang dan daerah sekitarnya.
Dan sejak saat itu tekanan pada lempeng samudra tersebut terus menerus terakumulasi, dan gempa dasyat yang terjadi tahun lalu belum mampu menyurutkan tenaga tekanan yang mendesak kepulauan Mentawai tersebut.
Gempa mungkin berdampak pada lempeng kulit bumi
Menurut penuturan Paul Mann, ilmuwan geofisika dari Universitas Texas Austin, pada 15 Januari lalu mengungkapkan kepada Kantor Berita AFP, peringatan tersebut ditujukan kepada negara Haiti yang baru saja dilanda bencana gempa beserta negara-negara di sekitarnya, agar mempersiapkan diri dalam menghadapi gempa yang lebih besar yang akan segera terjadi.
Ia menunjukkan, meskipun tekanan lempeng di Port-au-Prince telah agak menurun, namun lempengan yang bersebelahan dengannya justru sedang meningkat terus tekanannya.

0 komentar:

 
-->