Ratusan orang dari berbagai desa di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, silih berganti datang mengunjungi makam HJ Raden Ajeng Salmah binti Kiai R. Abdul Latief yang meledak pukul 21.00, Selasa malam kemarin.
“Ada tiga ratusan peziarah,” kata Slamet Riyadi, 67 tahun, penjaga makam raja-raja Sumenep Asta Tinggi, Rabu (20/1).
Menurut Slamet, hancurnya pusara bagian atas makam HJ Salmah bukan disebabkan ledakan mortir seperti kabar yang beredar di masyarakat. Menurut cerita petugas jaga pada Selasa malam, sebelum hancur sempat terdengar suara seperti tabrakan tabrakan dari bagian kompleks Asta Tinggi.
Setelah dicek ternyata pusara bagian atas makam keturunan raja ke-13 Sumenep Pangeran Pakunataningrat sudah hancur. Meski pusara hancur, namun bagian bawahnya tetap utuh, bahkan tanpa retakan. Tidak diketahui pasti apa penyebab ledakan karena dilakosi tidak sisa-sisa bahan peledak.
Slamet menduga hancurnya makam itu ada kaitan mistis. Sebab almarhumah merupakan orang alim dan guru ngaji selama hidupnya. Diduga arwah HJ Salmah ingin memberi isyarat bahwa dia tidak mau kuburannya dipasangi pusara batu marmer yang identik dengan kemewahan. “Mungkin beliau ingin kuburannya sederhana saja, karena sebelum dipasang batu marmer, tidak ada kejadian apa-apa,” ujarnya.
Peristiwa dan penampakan aneh ini sempat disaksikan oleh Rahmat Hidayat, seorang warga Surabaya, saat tengah berziarah pada 2 Januari 2010 lalu.
“Saya memisahkan diri dari rombongan, saya menuju ke makam di bagian atas. Saat
di makam itulah saya melihat cahaya putih muncul dari salah satu makam. Tapi saya tidak tahu dari makam siapa,” kata Rahmat Hidayat, saat berbincang dengan detiksurabaya.com, Rabu (20/1/2010).
di makam itulah saya melihat cahaya putih muncul dari salah satu makam. Tapi saya tidak tahu dari makam siapa,” kata Rahmat Hidayat, saat berbincang dengan detiksurabaya.com, Rabu (20/1/2010).
Usai melihat cahaya itu, dia baru menyadari kalau dirinya sudah berada di tengah makam, padahal posisi dia awalnya berada di pinggir makam.
Saat berada di tengah makam sambil melantun ayat suci, Rahmat mengaku mendengar suara orang bercakap. Sayangnya dia tidak mengerti apa yang diperbincangkan, karena suara percakapan laki-laki dan perempuan itu menggunakan bahasa Madura.
“Saya mencari tahu suara itu. Ketika saya melihat sekeliling saya tidak ada orang lain. Saya berusaha merekam percakapan itu tapi saya tidak sempat,” ungkapnya.
Setelah itu, tambah Rahmat, dia bergegas meninggalkan lokasi makam itu. Saat dirinya keluar dari makam, dia mendengar suara perempuan minta tolong. Suara itu muncul di sisi sebelah kanan saat dia akan keluar dari makam.
“Tolong.. tolong… Teriakannya menggunakan bahasa Indonesia. Suara itu jelas
sekali. Saya bergegas pergi bergabung bersama rombongan saya,” tuturnya.
sekali. Saya bergegas pergi bergabung bersama rombongan saya,” tuturnya.
Sebelum melakukan ziarah ke Asta Tinggi, kata pria yang tinggal di kawasan Mulyorejo ini, dirinya bermimpi bertemu dengan laki-laki dan perempuan. Yang laki-laki terlihat tampan dan perempuannya cantik dengan menggunakan kerudung. Keduanya datang dalam mimpinya setelah dirinya salat tahajud. Kejadian itu hanya beberapa detik.
“Kejadiannya hanya beberapa detik. Keduanya datang menggunakan baju bangsawan Madura. Keduanya berkata, panjenengan jangan kaget. Saya diam saja karena saya pikir itu hanya bunga tidur. Ternyata ketika saat ke makam saya melihat cahaya itu,” tuturnya.
Dia mengaku peristiwa yang dialaminya hanya dia ceritakan pada ibunya. Kejadian yang dialaminya di Sumenep sampai sekarang tidak berpengaruh pada kehidupannya sehari-hari.
“Tidak ada apa-apa. Sampai sekarang baik-baik saja,” pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, makam Hj R. Ajeng Salmah binti kiai RB Abdul Latif, salah satu keturunan raja ke-13 dari Paku Nata Ningrat meledak pada, Selasa (19/1/2010) pukul 22.30 WIB.
Hingga saat ini masih belum diketahui pasti penyebab ledakan yang mengakibatkan makam tersebut hancur.
0 komentar:
Posting Komentar