Rabu, 13 Januari 2010

China Berhasil Uji Pencegat Rudal



BEIJING - China kemarin sukses menguji sistem pencegat rudal kemarin. Kesuksesan itu menunjukkan kemampuan pertahanan udara Beijing yang kian canggih di tengah ketegangan dengan Taiwan.

Selama ini China membuat Amerika Serikat (AS) khawatir dengan anggaran militer yang terus meningkat. Kesuksesan uji coba pencegat rudal ini kian membuat pengaruh Washington di Asia terancam.

”China menggelar tes teknologi pencegat rudal jarak menengah berbasis darat di kawasannya yang berhasil melumpuhkan sasarannya,” papar juru bicara Kementerian Luar Negeri China Jiang Yu.

Jiang menambahkan, ”Tes ini bersifat pertahanan dan tidak menargetkan negara lain mana pun serta konsisten dengan kebijakan pertahanan nasional China.” Berita kesuksesan uji sistem pencegat rudal itu muncul setelah seorang pejabat AS yang berada di Taipei, Taiwan, mengatakan, bahwa Pentagon telah menyetujui penjualan peralatan rudal Patriot ke Taiwan, sebagai bagian paket pertahanan yang disahkan Kongres AS lebih dari setahun silam.

China yang masih menganggap Taiwan sebagai bagian wilayahnya, berulang kali menentang penjualan senjata AS ke Taipei. Beijing juga terus mendesak agar Washington membatalkan kesepakatan penjualan senjata tersebut. Kementerian Pertahanan China akhir pekan silam memperingatkan bahwa pihaknya berhak untuk melakukan tindakan tertentu jika AS tetap melanjutkan penjualan senjata tersebut.

Menurut Beijing, tindakan Washington itu merupakan ”penghalang utama” bagi hubungan militer China- AS. AS merupakan pemasok persenjataan terbesar ke Taiwan,walaupun Washington telah mengubah pengakuan diplomatik dari Taipei ke Beijing pada 1979. Namun pengamat menyatakan, tes sistem pencegat rudal China itu untuk menekan AS terkait penjualan senjata Pentagon ke Taiwan.

Selain itu juga untuk menunjukkan kekuatan militer Beijing sebenarnya. ”Tes ini terdengar sangat penting bagi saya. Informasi ini sangat terbatas, tapi fakta kritis menunjukkan bahwa mereka memang berhasil melakukan uji coba sistem pencegat rudal,” tutur Richard Bitzinger, pakar militer China di Nanyang Technological University, Singapura.

Scott Harold, pengamat di Rand Corporation menambahkan, ”Saya lebih cenderung melihat tes ini sebagai uji coba kemampuan pertahanan rudal.” Arthur Ding, pakar di National Chengchi University,Taiwan, menyatakan, ”Tes ini akan mengirim sinyal politik pada AS dan negaranegara lain bahwa China telah mempersiapkan diri menghadapi berbagai operasi udara, berbagai operasi skala penuh oleh negara mana pun.”

”Tidak ada informasi rinci sehingga sangat sulit untuk mengetahui seberapa besar kemampuan China, tapi paling tidak, ini dapat menunjukkan tren bahwa pertahanan udara merupakan fokus modernisasi militer China secara keseluruhan,” papar Ding. Beijing telah meningkatkan anggaran militer dalam beberapa tahun terakhir, bagian dari peningkatan kemampuan persenjataan yang digunakan 2,3 juta tentara China.

Berdasarkan anggaran yang diajukan ke parlemen pada Maret tahun lalu, peningkatan belanja militer China naik 15,3 persen pada 2009 menjadi USD69 miliar. Jumlah ini meningkat dua digit dibandingkan satu dekade silam. Di tengah kekhawatiran internasional terhadap kekuatan militer China,Beijing berulang kali menyatakan bahwa negaranya fokus untuk pertahanan.

”Modernisasi pertahanan China itu untuk legitimasi kedaulatan nasional, keamanan dan integritas teritorial,” tutur Jiang. Harian Global Times mengutip militer senior China Yang Chengjun menjelaskan, tes itu menunjukkan China memasuki fase baru dalam teknologi pencegat rudal. ”China perlu meningkatkan kemampuan dan pertahanan militernya karena negeri ini menghadapi ancaman keamanan yang kian besar,” papar Yang.

Salah seorang pakar militer Barat menjelaskan, ”Tes pencegat rudal itu penting dilakukan untuk mendemonstrasikan kemampuan China.” Sedangkan Ding menyatakan, tes terbaru ini tidak dapat disamakan dengan tes 2007 saat China berhasil menghancurkan sebuah satelit yang sedang mengorbit di antariksa.

Penembakan satelit milik Beijing sendiri itu menyulut kecaman internasional. Aksi penembakan satelit dilakukan China setelah AS di era Presiden George W Bush baru saja mengumumkan rencana untuk mengembangkan persenjataan antariksa. Rencana itu ditentang oleh Beijing dan Moskow.

0 komentar:

 
-->